Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]
Catatan Ukhty: Adakah Shalat Lailatul Qadar Dan Bagaimana Caranya ?
Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]

Breaking News

Jumat, 16 Juni 2017

Adakah Shalat Lailatul Qadar Dan Bagaimana Caranya ?

Adakah Shalat Lailatul Qadar Dan Bagaimana Caranya ?
Shalat Lailatul Qadar?

Adakah Shalat Lailatul Qadar Dan Bagaimana Caranya ?

Silahkan membaca kajian artikel kami sebelumnya Shalat Lailatul Qadar? Serta Doa Ketika Lailatul Qadar

Sedikit Catatan :
Setelah saya (arifia) telusuri dan mencari referensi di media yang tersebar bahwasannya amalan tersebut beredar melalui tulisan atau karangan sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili yang menyusun kitab Khazinatul Asrar. Perlu diketahui bahwasannya setiap amalan yang tidak ada dasar dan tuntunannya dari Allah dan rasulNya ialah Bid'ah dan setiap amalan yang tidak disyari'atkan oleh Allah dan rasulNya (baca: bid'ah) maka amalan tersebut tertolak.

SHOLAT LAILATUL QODAR ?

1. Niat Sholat Lailatul Qodar

أُصَلّىِ سُنَّةَ لَيْلَةِ اْلقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْماً / إِماَماً للهِ تَعَالَى

2. Kaifiyah (tata cara ) Melaksanakannya

Sholat dua roka’at
setiap roka’at setelah membaca surat al Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash
( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ  ) 7 x
Setelah Sholat, Membaca istighfar
   أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ 70 X

Lalu berdo’a :

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ,
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ , تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا .
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْـيَا وَاْلآخِرَةِ .
رَبَّـنَا آتِنَا فِي الدُّنْـيَا حَسَنَةً , وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ,
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارَكَ وَسَلَّمَ , وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .

*******$$$*******

Dasarnya, (Kitab Khozinatul Asror hal. 38)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنّهُ قَالَ :
مَنْ صَلَّى  فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَاْلإِخْلاَصِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَإِذَا سَلَّمَ يَقُوْلُ :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
فَلاَ يَقُوْمُ مِنْ مَقَامِهِ حَتَّى يَغْفِرَ اللهُ لَهُ وَلِوَالِدَيْهِ وَيَبْعَثَ اللهُ تَعَالَى مَلآئِكَةً إِلَى الْجِنَانِ يَغْرُسُوْنَ لَهُ اْلأَشْجَارَ وَيَبْـنُوْنَ لَهُ الْقُصُوْرَ وَ يُجْرُوْنَ اْلأَنْهَارَ وَلاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا حَتىَّ يَرَى ذَلِكَ كُلَّهُ , كَذَا فِي اْلإِحْيَاءِ
(خزينة الأسرار : 38)

Tambahan :

Para pengikut sufi memang terkenal dengan amalan yang tanpa dasar atau suka memalsukan hadits serta suka menggunakan hadits tanpa rawi, tetapi langsung mempercayai apa yang dikatakan mursyidnya bahwa Rasulullah telah menemuinya dalam mimpi. Mengenai hal ini, terdapat isyarat dari makna hadits Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya: “Cukuplah seseorang itu berdusta manakala ia menceritakan semua apa yang didengarnya (tanpa disaring lagi dan tidak ada penelitian-red.,).” [(HR: Muslim) dan hadits lainnya dari riwayat Abu Hurairah].

Orang-orang sufi, dalam rangka merealisir ajaran syirik dan bid’ahnya, rela menempuh jalan yang sesat dan tanpa ilmu dalam ibadahnya, yaitu :

●   Menjauhkan Diri Dari Menuntut Ilmu Syar’i.

Dikatakan oleh Al-Junaid, seorang pentolan sufi, “Yang paling aku sukai pada seorang pemula, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena hal itu hanya akan menyita perhatiannya”. [Quwat Al-Qulub, III/35]. Demikian pula yang dikatakan Abu Sulaiman Ad-Darani, “Jika seseorang menimba ilmu (hadits), bepergian untuk mencari penghidupan, atau menikah, sungguh ia telah condong kepada dunia”. [Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi, I/37]

●   Menghancurkan Sanad-sanad Hadits Dan Menshahihkan Hadits-hadits Dha’if (lemah), Munkar dan Maudhu’ (palsu) Dengan Cara Kasyaf.

Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, “Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup dan tidak pernah mati. Hal itu seperti yang telah disampaikan para pemimpin kami : “Telah mengabarkan pada aku hatiku dari Rabbku”. Sedang kalian (maksudnya, kalangan Ahlu Al-hadits) mengatakan : “Telah mengabarkan kepada kami Fulan”. Padahal, bila ditanya dimana dia (si Fulan tersebut) ?. Tentu akan dijawab : “Ia (Fulan, yakni yang meriwayatkan ilmu atau hadits tersebut) telah meninggal”. “(Kemudian) dari Fulan (lagi)”. Padahal, bila ditanyakan dimana dia (Fulan tadi)? Tentu akan dijawab : “Ia telah meninggal”. [Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 226 dan Al-Futuhat Al-Makkiyah, I/365]

Dikatakan pula oleh Ibnu Arabi,
“Ulama Tulisan mengambil peninggalan dari salaf (orang-orang terdahulu) hingga hari kiamat. Itulah yang menjauhkan atau menjadikan timbulnya jarak antara nasab mereka. Sedang para wali mengambil ilmu dari Allah (secara langsung -peny). Yakni, dengan cara Ia (Allah) mengilhamkan ke dalam hati para wali”. [Al-Kawakib Ad-Durriyah, hal. 246 dan Rasail, Ibnu Arabi, hal.4]. Dikatakan oleh Asy-Sya’rani, “Berkenan dengan hadits-hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap shahih menurut ulama ilmu kasyaf”. [Al-Mizan, I/28]

●   Menganggap Menimba Ilmu (hadits) Sebagai Perbuatan Aib dan Merupakan Jalan Menuju Kemaksiatan Serta Kesalahan.

Ibnu Al-Jauzi menukil, bahwa ada seorang syaikh sufi melihat seorang murid membawa papan tulis (baca : buku), maka dikatakannya kepada murid tersebut : “Sembunyikan auratmu” [Tablis Iblis, hal. 370]. Bahkan, mereka saling mewariskan sebagian pameo-pameo yang bertendensi menjauhkan peninggalan salaf, umpamanya : Barang siapa gurunya kitab, maka salahnya lebih banyak dari benarnya.

Beberapa Bahaya Bid'ah :

-     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” [HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718]

-     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” [HR. Muslim no. 867]

-     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” [HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”]

-     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ

“Sungguh Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan bid’ahnya” [HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 54]

-     Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’.“ [HR. Bukhari no. 6576, 7049]

Dalam riwayat lain dikatakan,

إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى

“(Wahai Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku” [HR. Bukhari no. 7050]

Al’Aini ketika menjelaskan hadits ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada, juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq. Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan hadits ini” [Umdatul Qari, 6/10]

~Selesai Kutipan ~

[Berbagai Sumber referensi]

[http://ift.tt/2dG9IYK, Penyusun: Arifia. Disalin dari berbagai sumber referensi pilihan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By