Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]
Catatan Ukhty: April 2018
Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]

Breaking News

Senin, 30 April 2018



Read more ...

15 Saksi Bantah Tuduhan Serangan Kimia Suriah di Pengadilan Internasional

15 Saksi Bantah Tuduhan Serangan Kimia Suriah di Pengadilan Internasional
Indonesian Free Press -- 15 saksi mata membantah tuduhan serangan senjata kimia oleh pemerintah Suriah di Pengadilan Kejahatan Internasional (The Haque) di Den Haag, Belanda, Kamis (26 April). 

Seperti dilaporkan Reuters, JUmat (27 April), para saksi itu mengatakan tidak melihat adanya bukti-bukti serangan senjata kimia di Douma. Ini mengkonfirmasi laporan sejumlah media independen yang menuding tuduhan serangan senjata kimia tersebut adalah 'setingan' dengan aktor utamanya kelompok aktivis 'White Helmets'.


Salah seornag saksi, bocah berumur 11 tahun bernama Hasan Diab yang adalah warga Ghouta, mengatakan bahwa ia berada di rumah sakit di Douma ketika para awak medis tiba-tiba mengguyurkan air ke wajahnya.

"Mereka mulai mengguyurkan air ke wajah saya. Saya tidak tahu mengapa?," katanya.

Lebih jauh Hassan dan ayahnya yang juga hadir dalam kesaksian itu, mengatakan bahwa mereka telah ditipu untuk terlibat dalam 'sandiwara' dengan imbalan “kurma, biskuit dan beras”.

Hassan mengatakan dirinya dipaksa untuk pergi ke rumah sakit. 

"Kami tengah berada di lantai dasar (rumah) dan kami mendengar orang-orang berteriak agar kami segera pergi ke rumah sakit. Kami masuk rumah sakit setelah melalui banyak terowongan, dan di rumah sakit mereka mulai mengguyurkan air kepada kami, air yang dingin," kata Hassan.

Ayah Hassan, Omar Diab, menambahkan: "Istri saya mengatakan bahwa anak-anak dibawa ke rumah sakit tanpa meminta ijin orang tuanya. Kemudian kami mengetahui bahwa itu semua adalah setingan."

Ke-15 sakti itu dihadirkan oleh Rusia, sementara negara-negara Barat menolak hadir dalam sidang tersebut.

Wartawan senior INggris Robert Fisk, menulis laporan investigatif tentang insiden 'serangan senjata kimia' tersebut di The Independent, Selasa (17 April) berjudul 'The search for truth in the rubble of Douma – and one doctor’s doubts over the chemical attack'. Alih-alih menemukan buktinya, Fisk justru melihat sejumlah kejanggalan dan bantahan. Salah satunya dari seorang dokter yang bertugas di rumah sakit Douma

"Saya bersama keluarga saya di lantai dasar rumah saya, tiga ratus meter dari sini (rumah sakit) pada malam yang semua dokter mengetahui apa yang terjadi. Ada banyak pemboman dan pesawat-pesawat pembom selalu terbang melintas di malam hari. Namun pada hari itu ada angin kencang dan debu-debu mulai masuk ke lantai dasar dimana orang-orang mengamankan diri. Orang-orang mulai berdatangan ke sini, mereka menderita hypoxia, kekurang oksigen. Kemudian, seseorang di depan pintu, seorang anggota “White Helmet”, berteriak “Gas!”, dan kepanikan pun dimulai. Orang-orang mulai saling mengguyurkan air. Benar, video itu dibuat di sini, itu asli, namun yang terjadi adalah orang-orang menderita karena hypoxia, bukan gas kimia.”(ca)
Read more ...

CEBONG SENGAJA PROVOKASI

CEBONG SENGAJA PROVOKASI
Ngoahahaha, jejak digital itu kejam bong. Ngoahahaha...
Jadi ceritanya gini, waktu car free day di Jakarta lalu, si Effendi Saman ini ikut aksi #2019GantiPresiden Terus intimidasi perempuan dan bocah yang pakai baju #diasibukkerja 😂😂😂😂 ternyata eh ternyata dia cebong pemuja jokowi, itu lagi main drama ala-ala cebong bangsat yang ingin memperkeruh suasana.
.
Si cebong dongok si cebong dongok, siii cebong dongok idiot pekok.....
CEBONG... CEBONG...
BIKIN SKENARIO SENDIRI.. AKTORNYA
SENDIRI.. RIBUT SENDIRI.. LAPOR SENDIRI.. HEBOH SENDIRI..
WONG EDAN.. 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
#2019gantipresiden
Read more ...


Read more ...

FRAMING BUSUK MEDIA KEPADA PRABOWO

FRAMING BUSUK MEDIA KEPADA PRABOWO

Fb Agi Betha

DETIK mulai melakukan framing. Video yg ramai beredar tentang seorang ibu dan anaknya yg menangis di acara CFD hari ini, dijadikan senjata oleh Detik untuk menyerang Prabowo.
Detik menggiring seolah2 yg melakukan bully adalah pasti simpatisan atau relawan Prabowo. Padahal ibu & anak yg memakai kaos beridentitas pro-Jkw tsb masuk di kerumunan orang2 yg mengenakan kaos #2019GantiPresiden dan lalu ada yg merekam. Ada terlihat seorang lelaki pemakai kaos GGP yg mengatakan sesuatu kpd ibu dan anaknya. Mungkin itulah intimidasi yg dimaksud. Si ibu lalu berteriak2 keras, yg jika saya jadi anaknyapun pasti akan menangis jika mendengar sang ibu memaki2 seperti itu. Jika dilihat lebih teliti, ibu itu bisa dikira sengaja mengorbankan anaknya yg di bawah umur demi popularitas.

Di akhir video terlihat ada pemakai kaos GGP yg merangkul ibu tsb, menenangkan, dan mengajaknya menjauhi lokasi. Tapi perbuatan baik itu tidak dituliskan media, karena akan kontra produktif terhadap usaha framingisasi mereka.
Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan universal. Bisa mendukung atau mengusung tokoh siapa saja utk menjadi the next president, yg penting bukan pak Jokowi. Kurang lebih artinya seperti itu. Gerakan Ganti Presiden adalah mendukung kotak kosong, yg nantinya bisa diisi oleh idola masing2.
Jadi pemakai kaos yg pengikut CFD tsb bisa saja simpatisan SBY, GN, YIM, ZH, AHER, PS, bahkan Rhoma Irama sekalipun. Bahkan saking gregetnya tagar ganti presiden, sampai bulepun ikut mengoleksi kaosnya.
GERAKAN GANTI PRESIDEN bukan gerakan sektoral, tapi lintas keagamaan, lintas etnis, lintas profesi, lintas golongan, dan lintas partai. GGP sudah menjadi SOCIAL MOVEMENT oleh rakyat yg sudah muak terhadap kezholiman dan berbagai kebohongan. Jadi adalah sangat MEMALUKAN jika ada media yg berusaha memplesetkannya. Ia menghiring opini massa bahwa seolah2 GGP identik dng Prabowo. Pertanyaannya, 'DETIK MILIK SIAPA..?'
Kenapa nama Prabowo yg hendak dijatuhkan?
Karena Prabowo yg paling kuat citranya. Namanya melekat di benak rakyat. Terlalu erat, sehingga paling berbahaya di antara tokoh2 yg lainnya. Sebagai contoh, saking dicarinya ia oleh masyarakat yg rindu dan ingin menemuinya, maka banyak agenda Prabowo yg harus dilakukan diam2. Jika kegiatan sampai bocor, maka bisa dipastikan jalanan sekitar akan macet dan kerumunan massa bisa tak terkendali.
YANG MEMBUAT HERAN.
Ini dia yg betul2 mengherankan. Jika Detik bisa membuat judul: WANITA DAN ANAK PESERTA CFD DIINTIMIDASI SIMPATISAN PRABOWO, lalu apa yg ia lakukan terhadap tragedi pembagian sembako Sabtu lalu di Monas..? Apakah framing buruk Detik juga dilakukan terhadap penyelenggara acara tsb?
Karena jika Detik adil, maka ia akan membuat judul: RIBUAN PENGANTRI SEMBAKO DI MONAS DIBOHONGI SIMPATISAN JOKOWI.
😁😁😁😁😁

Read more ...

Sabtu, 28 April 2018

Temuan Ombudsman: Dua Ratus TKA Jadi Sopir

Temuan Ombudsman: Dua Ratus TKA Jadi Sopir
Dari Jawapos.com, JUMAT, 27 APR 2018


JawaPos.com - Kekhawatiran bahwa tenaga kerja asing (TKA) mencaplok lapangan kerja yang seharusnya untuk pekerja lokal ternyata benar. Temuan Ombudsman Republik Indonesia (ORI), cukup banyak TKA yang mengisi posisi yang seharusnya untuk pekerja dalam negeri.

Temuan itu berdasar investigasi yang mereka lakukan pada medio Juni hingga Desember tahun lalu. Di Morowali, Sulawesi Tengah, ORI menemukan sedikitnya 200 TKA yang menjadi sopir "Seharusnya, pekerjaan itu bisa diberikan kepada WNI," kata Komisioner ORI Laode Ida dalam paparan di Jakarta kemarin (26/4). "Pekerjaan itu tidak masuk dalam skema transfer teknologi maupun transfer kemampuan. Masak sih nggak ada orang Indonesia bisa jadi sopir?" lanjutnya.

Kasus sopir TKA di Morowali adalah salah satu di antara sekian banyak permasalahan TKA di Indonesia. Jaminan peme­rintah bahwa TKA tidak akan memakan lapangan kerja pekerja lokal tidak sepenuhnya bisa dipenuhi.

Sopir adalah salah satu pekerjaan yang diisi oleh TKA di Indonesia. Menurut Ombudsman jumlahyan 200.
Sopir adalah salah satu pekerjaan yang diisi oleh TKA di Indonesia. Menurut Ombudsman jumlahyan 200. (Ismail Pohan/Indopos/Jawa Pos Group)

Hal itu terjadi karena lemahnya penegakan hukum oleh pemerintah. Mulai penempatan, pengawasan, sampai penindakan. Padahal, banyak kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan TKA. Namun, mereka tidak bisa menjalankan fungsi dengan maksimal karena belum selaras. "Belum ada integrasi data antara kementerian, lembaga, dan pemda," ucap Laode.

Laode menuturkan, TKA sulit diawasi begitu lolos dari pintu masuk pertama di Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Ke­menterian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM). "Setelah itu, TKA sulit dijangkau. Tidak ada yang bisa deteksi, termasuk polisi," ulasnya.

Kondisi itu dirasakan sendiri oleh ORI ketika melakukan investigasi. Untuk sekadar memeriksa paspor TKA saja, ORI sulit melakukannya. TKA menolak dengan keras.

Kondisi tersebut membuat TKA leluasa melanggar aturan. Misalnya, memanfaatkan visa turis untuk bekerja. Persoalan visa turis untuk bekerja semakin masif setelah ada kebijakan bebas visa yang diatur dalam Perpres Nomor 21 Tahun 2016. Karena itu, ORI mengusulkan kepada Kemenkum HAM untuk mempertimbangkan evaluasi kebijakan bebas visa. Kebijakan itu oleh oknum TKA dimanfaatkan untuk menerabas aturan.

Celah itu juga mengacaukan data TKA yang dimiliki sejumlah kementerian dan lembaga. Salah satunya, izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA).

Laode menambahkan, banyak pihak tidak peduli terhadap aturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Baik TKA maupun perusahaan yang mempekerjakan mereka.

Khusus kasus di Morowali, tingkat pelanggaran peraturan oleh TKA sangat mengkhawatirkan. Selain pekerja asing menjadi sopir, ORI menemukan data bahwa persentase pekerja kasar mencapi 90 persen.

Karena itu, ORI menuntut Kemenaker untuk segera memperbaiki kondisi yang sarat pelanggaran tersebut. Perpres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing dengan tegas menyebut posisi pekerjaan kasar harus ditempati pekerja lokal.

Pemerintah Berjanji Menindaklanjuti

Direktur Bina Penegakan Hukum Kemenaker Iswandi Hari tidak bisa memberikan jawaban memuaskan atas temuan ORI. Iswandi, yang kemarin hadir dalam paparan ORI, hanya menegaskan bahwa instansinya akan melakukan tindak lanjut.

Dia meminta semua pihak tenang. Sebab, Kemenaker tidak akan menempatkan TKA pada posisi yang bisa diisi tenaga kerja lokal. "Sehingga memang teman-teman tidak usah khawatir dengan perpres yang baru," ucap dia.

Iswandi menyatakan, pemerintah sudah memiliki Tim Pengawasan Orang Asing alias Tim Pora. "Dengan data yang disampaikan Pak Laode bahwa (kementerian dan lembaga, Red) belum terpadu, itu bagian dari kelemahan kami juga," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly menuturkan, keberadaan TKA di Indonesia sudah sesuai aturan. TKA yang berada di wilayah Sulawesi ditujukan untuk pembangunan smelter. Sebab, daerah tersebut adalah kawasan per­tambangan yang membutuhkan investasi dari luar negeri.

Investasi asing itu masuk dengan beberapa permintaan. Termasuk, beberapa posisi pekerjaan yang harus diisi TKA.

"Jadi, perusahaan-perusahaan yang masuk, banyak investasi-investasi yang masuk, mengatakan dengan turnkey project. Turnkey project itu adalah dia meminta ada tenaga kerja yang tentu harus dengan izin," ujar Yasonna seusai peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual di Istana Wakil Presiden kemarin.

Dia mengungkapkan, TKA itu pun meminta rekomendasi dari Kemenaker yang berkaitan dengan profil para pekerja. Jumlah TKA yang dipekerjakan juga diteliti terlebih dahulu. "Nanti baru kami terbitkan visanya."

Yasonna sepertinya perlu diajak memantau ke Morowali. Agar mengetahui adanya posisi sopir yang diisi TKA. (jun/syn/c11/ang)

Read more ...

Jumat, 27 April 2018

Terkonfirmasi: Serangan Udara Amerika Gagal karena Senjata Elektronik Rusia

Terkonfirmasi: Serangan Udara Amerika Gagal karena Senjata Elektronik Rusia
Indonesian Free Press -- Para analis meyakini dengan kuat bahwa kegagalan serangan rudal Amerika, Inggris dan Perancis ke Suriah pertengahan bulan lalu adalah karena 'faktor Rusia', meski Rusia mengaku tidak terlibat dalam aksi penghadangan terhadap rudal-rudal yang ditembakkan Amerika Cs. Hal ini ternyata benar adanya setelah adanya pengakuan komandan operasi serangan udara tersebut.

Sebagaimana dilaporkan Sputnik News, Kamis (26 April), Komandan US Special Operations Amerika dalam pidato di Florida mengakui bahwa kegagalan tersebut diakibatkan oleh 'senjata elektronik'. Dan karena Suriah tidak memiliki senjata elektronik yang canggih, kemungkinannya hanyalah Rusia.


"Saat ini di Suriah kita tengah terlibat dalam perang elektronik yang paling sengit di seluruh planet menghadapi musuh-musuh kita," kata Jendral Raymond Thomas dalam konperensi di US Geospatial Intelligence Foundation, Florida, Selasa (24 April).

"Mereka menguji kita setiap hari, memutuskan jalur komunikasi kita, melumpuhkan pesawat EC-130 kita, dan sebagainya," tambahnya.

Jendral Thomas tidak menyebutkan jelas siapa 'musuh' yang dimaksudnya, namun semua orang mengetahui maksudnya adalah Rusia, dan dalam skala lebih kecil, Iran.

Pakar senjata elektronik Lauri Buckhout yang juga pensiunan Kolonel Angkatan Darat Amerika, menjawab pertanyaan itu dengan mengatakan, "Rusia telah memperbaharui seluruh armada senjata elektronik mereka dalam 20 tahun terakhir. Mereka menghabiskan jutaan dollar untuk itu semua, terdorong oleh konflik Georgia (tahun 2008)." 

Menurut Buckhout senjata elektronik Rusia telah sampai pada tahap 'mematikan' senjata elektronik lawan, tidak hanya sekedar mengganggu lawan. 

"Mereka telah berada pada kemampuan 'membunuh', memacetkan beberapa frekuensi komunikasi sekaligus pada jarak ratusan kilometer. Rusia mengetahui semua kelemahan kita," katanya.

Hal senada dikatakan oleh pakar senjata elektronik dari Hudson Institute in Washington, Roger McDermott. Menurutnya, salah satu kelebihan utama senjata elektronik Rusia adalah integrasinya yang luas ke seluruh aspek persenjataan.

"Kita tidak bisa hanya melihat kemampuan senjata elektronik dan melihatnya secara terpisah dari 'cyber', SIGINT (signals intelligence), dan pertahanan udara," kata Roger McDermott.

"Kemampuan (senjata elektronik) ini ditemukan di segala unit, matra, yang tidak memungkinkan untuk mengabaikan kemampuan senjata elektronik, dimana hal itu sangat berbeda dengan militer Barat," tambah McDermott.(ca) 

Read more ...

Rabu, 25 April 2018

Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab Rekrut Ribuan Pasukan dari Afrika

Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab Rekrut Ribuan Pasukan dari Afrika
Indonesian Free Press -- Dengan perang di Yaman yang belum menunjukkan reda serta kemungkinan harus menggantikan pasukan Amerika di Suriah, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dikabarkan bakal merekrut ribuan tentara dari Afrika untuk menggantikan pasukan reguler mereka.

Media Arab yang berbasis di London Al-Quds Al-Arabi pekan lalu melaporkan bahwa Saudi Arabia saat ini tengah merekrut tentara bayaran dari Chad, sebuah negara di Afrika Tengah. Menurut laporan itu, berdasarkan informasi dari internal Saudi Arabia, pemerintah negara itu telah menandatangani perjanjian rahasia dengan Chad, dalam kunjungan Presiden Chad ke Riyadh bulan ini.


Sementara media Yaman Al-Masirah juga melaporkan bahwa Uni Emirat Arab juga bakal menyusul langkah Saudi Arabia tersebut. Tidak tanggung-tanggung, menurut laporan tersebut Uni Emirat Arab bakal merekrut sekitar 10.000 personil tentara dari Uganda.

Kedua negara menjadi tulang-punggung koalisi Arab dalam perang di Yaman melawan kelompok perlawanan Houthi. Kampanye di Yaman telah berlangsung selama tiga tahun tanpa membawa hasil signifikan bagi Saudi dan Uni Emirat Arab sementara korban sipil mencapai belasan ribu orang. Kedua media Arab tersebut di atas menyebutkan bahwa tentara-tentara dari Afrika itu bakal ditempatkan di Yaman.

Sementara itu spekulasi penarikan diri Amerika dari Suriah juga belum hilang setelah Presiden Donald Trump mengatakan dengan tegas akan segera menarik pasukan Amerika untuk digantikan dengan pasukan dari negara lain (Arab). Jika benar penarikan tersebut dilakukan Saudi kemungkinan bakal mengerahkan rekrutan dari Afrika itu ke Suriah.(ca)
Read more ...

Desakan Perang ke Suriah yang Semakin Nyaring di Amerika

Desakan Perang ke Suriah yang Semakin Nyaring di Amerika
Indonesian Free Press -- Serangan rudal Amerika dan sekutu-sekutunya ke Suriah beberapa waktu lalu dianggap terlalu lembek oleh sebagian politisi dan kalangan militer/inteligen Amerika. Apalagi dengan dampak yang relatif lemah bagi Suriah, dimana sekitar 70% dari 103 rudal yang diluncurkan berhasil ditembak jatuh oleh Suriah.

Seperti dilaporkan WSWS (World Socialist Web Site), 19 April, kampanye anti-Rusia dan desakan aksi lebih keras terhadap Rusia dan Suriah semakin nyaring didengungkan oleh sejumlah kalangan di Amerika.


Pada hari Selasa (17 April) para politisi dari Partai Republik mengecam langkah pemerintahan Donald Trump terhadap Suriah sebagai langkah 'terbatas' dan mendesak aksi militer yang lebih keras untuk menggulingkan Persiden Bashar al Assad dan menyingkirkan Iran dan Rusia.

Setelah pertemuan tertutup antara antara sejumlah anggota Senat dengan Menhan James Mattis serta Kastaf Gabungan Jendral Joseph Dunford, senator Republik Lindsey Graham mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah tidak memiliki strategi dan cenderung menyerah kepada Suriah, Russia, dan Iran.

"Saya rasa setelah serangan ini, (Bashar al) Assad menganggap kita hanya bisa berkicau (di Twitter) namun tidak bertindak,” katanya.Graham mendesak pemerintah untuk menerapkan 'no-fly zone' di Suriah dan menembak jatuh pesawat-pesawat Rusia, serta pengerahan lebih banyak pasukan darat dengan bekerjasama dengan kelompok-kelompok militan. 

"Rusia dan Iran tidak boleh terus memenangkan peperangan tanpa perlawanan," lanjut Graham

Sementara senator Demokrat Chris Coons mengkritik pernyataan Trump baru-baru ini untuk menarik pasukan Amerika dari Suriah dan mengatakan, "Adalah penting bagi kita untuk tetap berada di Suriah. Jika kita mundur sepenuhnya maka keingingan-keinginan kita dalam hal resolusi diplomatik maupun program rekonstruksi atau apapun paska pemerintahan Assad, akan lenyap.”

WSWS juga menyoroti editorial New York Times yang ditulis Susan Rice, mantan dubes Amerika untuk PBB dan Penasihat Keamanan Nasional pemerintahan Barack Obama. Dalam tulisan itu Rice menolak penarikan pasukan Amerika dari Suriah, khususnya di wilayah Utara dan Timur Suriah yang berbatasan dengan Turki dan Irak, dimana wilayah itu kaya dengan sumber energi. Rice menulis bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya harus 'mengamankan, membangun kembali dan membentuk pemerintahan lokal di wilayah-wilayah yang telah dibebaskan'.

"Ini adalah kata-kata kode bagi pembentukan penguasaan neo-kolonial atas wilayah Suriah dan menggunakannya sebagai basis operasi melawan regim Assad, Rusia dan Iran," tulis WSWS, seraya menyebut tuduhan serangan senjata kimia sebagai rekayasa untuk membom Suriah.

“Ini akan membuat Amerika bisa menggagalkan ambisi Iran untuk menguasai wilayah dari Irak, Suriah dan Lebanon; mempertahankan pengaruh di wilayah-wilayah kaya minyak dan menyingkirkan Assad dari kekuasaan atas sejumlah wilayah secara substantif.”

WSWS juga menyoroti editorial Wall Street Journal (WSJ) pada 16 April lalu yang menyerukan Presiden Trump untuk membentuk “safe zones” di Suriah utara maupun di perbatasan Yordania. Langkah ini, sebut WSJ, tidak akan mengancam kekuasaan Assad di Suriah, namun memberi tanda bahwa Amerika tidak akan meninggalkan Suriah untuk dikuasai Iran dan Rusia.” 

WSJ menyerukan apa yang disebutnya 'langkah damai memecah Suriah berdasar etnis'.

"Apa yang dibahas adalah memecah belah secara permanen dan merekonstruksi Suriah dan seluruh Timur Tengah, demi kepentingan imperialisme Amerika mempersiapkan basis bagi perang melawan Iran dan Rusia," tulis WSWS lagi.

Di sisi lain, pada 15 April mantan Dubes AS di Suriah Ryan Crocker dan Michael O’Hanlon dari Brooking INstitute menulis di The Wall Street Journal dan menyarankan serangan udara yang lebih besar ke Suriah dengan sasaran pusat-pusat komando, para pemimpin politik termasuk Assad hingga sasaran kepentingan Iran yang tidak terbatas.(ca)
Read more ...

Selasa, 24 April 2018

Setelah Pertemuan Anti-Terror Irak-Iran-Rusia-Suriah, Irak Serang ISIS di Suriah

Setelah Pertemuan Anti-Terror Irak-Iran-Rusia-Suriah, Irak Serang ISIS di Suriah
Indonesian Free Press -- Irak melakukan serangan udara ke posisi kelompok ISIS di Hajin, Provinsi Deir ez-Zor, Suriah, sekitar 50 km dari perbatasan Irak. Serangan berlangsung setelah dilakukannya pertemuan anti-terorisme yang diikuti Irak, Suriah, Rusia dan Iran. Demikian seperti laporan Reuters, Minggu (22 April).

Serangan yang terjadi hari Kamis (19 April) ini dilakukan setelah melalui koordinasi dengan Amerika dan Rusia, tambah laporan itu.


Jubir militer Irak Brigjen Yahya Rasool mengatakan hari Minggu bahwa serangan tersebut telah menewaskan 36 anggota ISIS, termasuk enam komandan mereka.

Kantor Perdana Menteri Haider al-Abadi menyebut serangan itu sebagai 'serangan mematikan' yang dilakukan terhadap ISIS karena telah membahayakan wilayah Irak.

"Serangan-serangan ini menunjukkan terus meningkatnya kemampuan militer kami untuk memburu dan menghancurkan teroris,” demikian pernyataan kantor perdana menteri.

Seorang pejabat militer Irak menyebutkan bahwa serangan ini atas koordinasi dengan Presiden Suriah Bashar al Assad. 

Sementara Deputi Komandan Gabungan koalisi Amerika Brigjen Marinir Robert Sofge mengatakan bahwa serangan ini mendapatkan dukungan inteligen dari pasukan koalisi yang dipimpinnya.

"Serangan ini menunjukkan komitmen pemerintah Irak untuk menghancurkan sisa-sisa teroris yang terus mengancam warga negara (Irak)," kata Sofge.

Sebelumnya, bulan ini PM Abadi mengancam akan 'mengambil semua langkah yang perlu jika ISIS mengancam keamanan Irak'. 

Pada akhir tahun lalu PM Abadi menyatakan kemenangan Irak atas ISIS yang pada tahun 2015 merebut sepertiga wilayah Irak. Namun, ISIS tetap menguasai sejumlah 'kantong' wilayah terutama di sepanjang perbatasan Irak-Suriah dan seringkali melakukan serangan ke wilayah Irak.


Pertemuan Irak, Iran, Suriah dan Rusia di Baghdad
Pada hari yang sama dilakukannya serangan udara Irak, Menhan Iran Brigjen Amir Hatami mengunjungi pusat inteligen gabungan yang dioperasikan bersama antara Iran, Iraq, Suriah dan Russia yang berada di Baghdad.

Kantor berita Iran IRNA menyebutkan bahwa Hatami bertemu dengan Mendagri Irak dan sejumlah pejabat tinggi Irak lainnya. Hatami memberikan selamat atas keberhasilan Irak mengalahkan ISIS.

“Kerjasama inteligen antara ke-4 negara adalah untuk tujuan bersama dan misi-misi anti-terrorisme telah berhasil mengembalikan stabilitas dan keamanan dan ini harus membentuk dasar bagi kerjasama mendatang,” kata Hatami dalam pernyataannya.

"Koalisi ini telah memainkan peran penting dalam mengalahkan ISIS baik di Irak maupun Suriah," tambahnya.

Sementara Jendral Saad al-Alak, kepala inteligen Irak yang bertemu Hatami menyebut koalisi 4-negara sebagai 'contoh hebat bagi kerjasama internasional di bidang militer dan kerjasama keamanan'.(ca)
Read more ...

Minggu, 22 April 2018

Drone Misterius Mendekati Istana, Raja Saudi Sembunyi ke Bunker

Drone Misterius Mendekati Istana, Raja Saudi Sembunyi ke Bunker
Indonesian Free Press -- Raja Saudi Arabia Salman bin Abdul Aziz dilaporkan telah melarikan diri dan bersembunyi di bunker militer setelah sebuah drone misterius menyusup ke kompleks istana di Riyadh kemarin (21 April).

"Sebuah drone kecil telah menimbulkan kekacauan di ibukota Saudi Arabia, dikabarkan telah memaksa Raja Salman menyelamatkan diri ke bunker militer sementara aparat keamanan menangani penyusup," tulis Reuters dalam laporan tentang insiden ini.


Dalam laporan ini disebutkan bahwa aparat keamanan terpaksa mengeluarkan tembakan untuk menjatuhkan drone tersebut. Sementara media-media lokal menyebutkan bahwa Raja Salman dievakuasi ke pangkalan militer King Khaled yang terletak tidak jauh dari istana.

Sempat muncul spekulasi terjadinya kudeta. Namun otoritas setempat mengatakan kepada Reuters bahwa Raja Salman tidak berada di tempat saat insiden itu terjadi.

Situasi politik Saudi Arabia memang kurang stabil sejak diangkatnya Muhammad bin Salman sebagai putra mahkota dengan menyingkirkan putra mahkota dan pangeran-pangeran senior lainnya. Beberapa bulan lalu Mohammad bin Salman menangkap puluhan pangeran dan pejabat senior Saudi Arabia dalam upaya mengkonsolidasikan kekuasaannya dan menyingkirkan pesaing-pesaingnya.

Kini polisi tengah menyelidiki asal muasal drone misterius tersebut dan penyebabnya terbang mendekati istana.(ca)
Read more ...

BAWASLU, ADA YANG CURI START!!!

BAWASLU, ADA YANG CURI START!!!


Read more ...

Sabtu, 21 April 2018

Victor Orban dan Pelajaran dari Hungaria

Victor Orban dan Pelajaran dari Hungaria
Indonesian Free Press -- Manusia membuat rekayasa. Allah juga membuat rekayasa, dan Allah adalah pembuat rekayasa terbaik. Demikian pesan Allah dalam Al Qur'an sebagai peringatan kepada para pembuat kerusakan di muka bumi untuk tidak melanjutkan aksi-aksi buruknya.

Di tengah-tengah dunia yang semakin dikuasai oleh para konspirator jahat, selalu saja muncul tokoh-tokoh pembaharu dan inspiratif yang berusaha menyadarkan manusia dari kejahatan-kejahatan konspirator global hingga suatu saat kelak munculnya Messiah atau Imam Mahdi membawa manusia menuju kemenangan.


Hal inilah yang kini tengah terjadi di Hungaria dengan keberadaan Victor Orban. Muncul ke panggung politik dengan dukungan konspirator George Soros, Orban kini menjadi musuh Soros yang paling tangguh hingga memaksa Soros untuk bersiap-siap hengkang dari Hungaria.

Seperti dilaporkan Reuters, kemarin (20 April), LSM bentukan Soros yang sangat berpengaruh di Hungaria, Open Society Foundation (OSF), kini tengah bersiap-siap untuk meninggalkan negara itu setelah Perdana Menteri Victor Orban dan partai pendukungnya Fidesz Party menginisiasi RUU anti LSM asing yang kemudian dikenal dengan juluka UU Anti-Soros. Bila disyahkan, dan hal ini sepertinya tidak bisa lagi dibendung, maka OSF akan menjadi organisasi terlarang karena didanai oleh asing (George Soros).

Kepada Reuters jubir OSF Csaba Csontos mengakui pihaknya sudah membuat rencana untuk memindahkan kantornya ke luar Hungaria. Sejumlah sumber menyebut Berlin sebagai bakal markas besar OSF Hungaria. Pada hari Jumat kemarin OSF menuduh Orban tengah tengah berupaya untuk membungkam aktifitas LSM-LSM yang kritis kepada pemerintah. RUU itu sendiri mendapat kecaman dari Uni Eropa.

Tanggal 8 April lalu Orban kembali mengukuhkan kekuasaannya untuk ketiga kalinya setelah memenangkan pemilihan umum. Tidak lama kemudian ia mengatakan bahwa hengkangnya OSF akan menjadi tonggak bersejarah bagi kemenangan rakyat terhadap kekuasaan otoritarian. Orban akan tokoh yang gigih menentang kebijakan Uni Eropa yang membuka pintu bagi arus imigran asing ke Eropa. Orban menuduh hal itu bertentangan dengan kehendak rakyat Hungaria. Orban mengatakan bahwa isyu imigrasi akan menjadi agenda utama Uni Eropa yang akan ia tolak dengan tegas.

Komisi Uni Eropa telah membawa masalah ini ke Pengadilan Uni Eropa seraya menuduh pemerintahan Orban telah melanggar HAM.

Orban telah berhasil mengendalikan kontrol atas media massa dengan menempatkan orang-orang kepercayaannya di pos-pos penting yang mengawasi media massa yang selama ini berada di luar kontrol.

"Pemerintahan harus berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat," kata Orban dalam berbagai kesempatan.

George Soros dianggap sebagai perancang tumbangnya komunisme Eropa Timur dan membagi-baginya menjadi negara-negara kecil yang lemah melalui berbagai aksi revolusi warna/bunga. Sejak 1989, dengan uangnya yang tidak terbatas ia mendirikan yayasan-yayasan pendidikan, menyediakan beasiswa dan mengkampanyekan gerakan liberalisme yang menyingkirkan nilai-nilai nasionalisme tradisional.

OSF yang didirikan Soros membiayai para wartawan dan aksitis LSM yang mengklaim bekerja memerangi korupsi dan diskriminasi, namun pada dasarnya adalah menghancurkan nilai-nilai tradisi dan nasionalisme. Pada tahun 2016 saja OSF mengeluarkan $3.6 juta untuk mewujudkan misinya. OSF juga membiayai LSM Hungarian Helsinki Committee yang gencar mengkampanyekan penerimaan imigran asing.

Pada tahun 2015 perseteruan antara Orban dan Soros pecah setelah Orban menuduh Soros sebagai dalang di balik arus imigran asing ke Eropa. Menurut Orban hal itu telah menghancurkan identitas budaya Eropa. Sebaliknya Soros menuduh Orban sebagai pemimpin mafia.

Yang menarik adalah, Orban dan partai pendukungnya adalah yang mula-mula mendapat dukungan dari OSF.(ca)
Read more ...

Jumat, 20 April 2018

Tambahan Kekuatan Rusia Bergerak ke Suriah

Tambahan Kekuatan Rusia Bergerak ke Suriah
* Di Hadapan Congress Pemerintah AS Gagal Buktikan Serangan Kimia di Douma

Indonesian Free Press -- Satu flotilla kapal-kapal perang Rusia tengah bergerak ke Suriah membawa peralatan perang. Sementara pemerintah AS gagal membuktikan adanya serangan kimia di Douma dalam dengar pendapat dengan Congress.

Seperti dilaporkan The Daily Mail hari ini (20 April), kapal-kapal pengangkut militer Rusia di bawah kawalan kapal perang terlihat melintas di Selat Bosporus dalam perjalanan menuju Suriah. Kapal-kapal itu mengangkut peralatan-peralatan tempur seperti tank-tank, mobil-mobil pengangkut kesehatan dan peralatan radar.


"Tambahan kekuatan Rusia bergerak ke Suriah: Kapal-kapal perang yang mengangkut tank-tank, truk-truk pengangkut militer dan kapal-kapal patroli bersenjata berlayar ke Timur Tengah pada saat dunia menunggu respon Putin atas serangan udara di Suriah," tulis alinea utama Daily Mail.

Disebutkan, kapal pengangkut 'Project 117 Alligator' mengangkut tank-tank, ambulan dan peralatan radar. Selain itu juga kapal ro-ro 'Alexandr Tkachenko' mengangkut kapal-kapal patroli cepat, peralatan pembuatan jembatan darurat dan truk-truk. Keduanya terlihat melintasi Selat Bosporus, Turki, pada hari Minggu (15 April), atau berselang dua hari dari serangan rudal Amerika, Inggris dan Perancis ke Suriah.

Menurut laporan itu, itu adalah pengiriman serupa ke-empat Rusia ke Suriah. Kapal-kapal itu dipastikan akan mendarat di pangkalan laut Rusia di Tartus,  Suriah barat-laut. Namun tidak disebutkan apakah pengiriman itu termasuk rudal-rudal S-300 seperti disebutkan oleh Menlu Rusia Sergei Lavrov setelah terjadinya serangan rudal Amerika ke Suriah.

Sementara itu tuduhan Amerika tentang serangan kimia di Douma yang dilakukan pemerintah Suriah terbukti palsu, setelah pemerintah gagal membuktikan tuduhan itu dalam dengar pendapat dengan Congress, Kamis (19 April).

Seperti dilaporkan Sputnik News, Jumat (20 April), anggota Congress Thomas Massie menyatakan bahwa pemerintah Amerika, baik badan inteligen, kementrian pertahanan dan kementrian luar negeri tidak memiliki bukti apapun (provided zero evidence) tentang tuduhan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menggunakan senjata kimia di Douma.

“Dalam dengar pendapat bersama Congress (parlemen Amerika), DNI (badan inteligen pemerintah), SecDef (kemenhan), dan SecState (kemenlu) tidak bisa memberikan bukti apapun. Mereka hanya menyebutkan sumber dari media online," kata Massie.

Pada 13 April lalu Massie juga mengecam rencana serangan Amerika ke Suriah yang tidak memiliki dasar hukum karena tidak disetujui Congress. Hal yang sama dikatakan Senator Rand Paul dari negara bagian Kentucky yang menyebut tidak masuk akal bagi Bashar al Assad untuk menggunakan senjata kimia karena pasukannya telah menang perang. Sementara serangan kimia hanya mengundang intervensi asing yang justru bisa menggagalkan kemenangan.

"Saya masih berfikir tentang serangan kimia itu. Anda tahu, hanya diktator paling bodoh yang akan melakukan hal itu. Saya juga tidak melihat bukti-buktinya sampai saat ini," katanya kepada wartawan usai serangan rudal Amerika ke Suriah pekan lalu.

Profesor hubungan internasional Francis Boyle mengatakan kepada radio Sputnik’s Loud & Clear bahwa serangan rudal Amerika ke Suriah telah melanggar konstitusi Amerika serta melanggar resolusi PBB.

Sehari sebelum serangan udara itu, Menhan James Mattis mengatakan kepada wartawan: “Saya tidak bisa mengatakan apakah kami memiliki bukti, meskipun banyak indikator-indikatornya yang beredar di media online dan media sosial."(ca)
Read more ...

Tokoh Buddha Tzu Chi Taiwan Bahagia Mengamati Kehidupan Keagamaan di Indonesia

Tokoh Buddha Tzu Chi Taiwan Bahagia Mengamati Kehidupan Keagamaan di Indonesia
ARRAHMAH.CO.ID - Dua tokoh...

Klik Link di Atas Untuk Membaca Berita Islam yang Sangat Bermanfaat atau Kunjungi Website Berita Islam Arrahmah di https://ift.tt/2piBoU5
Read more ...

Kamis, 19 April 2018

Isra'dan Mi'raj: Meneguhkan Kekhalifahan Dan Kehambaan

Isra'dan Mi'raj: Meneguhkan Kekhalifahan Dan Kehambaan
ARRAHMAH.CO.ID - Sendhon...

Klik Link di Atas Untuk Membaca Berita Islam yang Sangat Bermanfaat atau Kunjungi Website Berita Islam Arrahmah di https://ift.tt/2piBoU5
Read more ...

Selasa, 17 April 2018

Gatot-Anies "Jalan Tengah" Koalisi Gerindra-PKS Wujudkan #2019GantiPresiden

Gatot-Anies "Jalan Tengah" Koalisi Gerindra-PKS Wujudkan #2019GantiPresiden

Dengan syarat presidential threshold 20 persen untuk bisa mengusung pasangan Capres-Cawapres 2019, maka Gerindra dan PKS wajib dan harus berkoalisi kalau ingin mewujudkan #2019GantiPresiden.

Gerindra dengan 73 kursi ditambah PKS 40 kursi = 113 kursi. Sudah memenuhi syarat 20% atau 112 kursi DPR RI.

Gerindra pada Rakornas pekan kemarin sudah memberi mandat kepada Prabowo Subianto untuk maju kembali sebagai kandidat calon Presiden di Pilpres 2019.

Namun menurut beberapa pengamat dan hasil survei, elektabilitas Prabowo semakin turun dan diprediksi bakal kembali kalah kalau head to head dengan petahana, Joko Widodo.

Berdasarkan survei Media Survei Nasional (Median) yang dilakukan pada 24 Maret-6 April 2018, elektabilitas Prabowo menurun. Elektabilitas Prabowo turun dari 21,2 persen (survei Februari) menjadi 20,4 persen (survei Maret-April).

Sementara kandidat dengan elektabiltas yang berpotensi terus naik adalah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Menurut salah seorang elit PKS, Prabowo akan menyerahkan tiket capres kepada eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

"Saya nggak yakin Prabowo maju. Saya punya analisa tiket itu akan diberikan ke orang lain. Yang paling berkesempatan untuk mendapatkan itu adalah Gatot Nurmantyo," ujar elite PKS Nasir Djamil di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/4/2018), seperti dikutip Detikcom.

Pengamat politik Universitas Syarif Hidayatullah Syarwi Pangi Chaniago secara tegas mengatakan, Prabowo Subianto sudah usang jika dimajukan kembali menjadi capres. Pasalnya, dengan kegagalan dua kali menjadi calon wakil presiden dan presiden, sosok mantan Danjen Kopassus itu dinilai sudah mentok dalam meraih dukungan pemilih di pemilu presiden mendatang.

"Saya nilai masyarakat juga sudah jenuh terhadap Prabowo. Elektabilitas Prabowo sudah klimaks. Ibarat film, Prabowo adalah film lama, sudah usang. Dan pastinya akan sulit mengalahkan Jokowi di pilpres 2019 nanti," kata Syarwi Pangi kepada INDOPOS, Minggu (15/4).

Pasangan yang pas untuk disandingkan dengan Gatot Nurmantyo adalah Gubernur DKI Anies Baswedan dengan pengalaman dan kompetensinya yang sudah teruji dan terbukti di pemerintahan. Disamping itu Anies Baswedan dikenal luas publik se tanah air.

Pasangan Gatot-Anies atau dibalik Anies-Gatot ini akan menjadi jalan tengah bagi koalisi Gerindra-PKS.

Gatot Nurmantyo bisa dijadikan kader Gerindra sebagai syarat dijadikan capres. Sehingga capres 2019 tetap dari kader Gerindra. Begitu juga dengan Anies Baswedan juga bisa dijadikan sebagai kader PKS sehingga cawapres 2019 tetap dari PKS.

Disamping itu ada keuntungan lain kalau Gerindra-PKS sepakat usung Gatot-Anies.

Keuntungan Gerindra PKS usung Gatot-Anies:
➡️Terwujud #2019GantiPresiden
➡️Prabowo the best king maker
➡️Kader Gerindra jadi Presiden RI (Gatot N)
➡️Kader Gerindra jadi Gub DKI (Sandiaga Uno naik dari Wagub jadi Gub)
➡️Kader PKS jadi wagub DKI (Posisi wagub diisi kader PKS, bisa Mardani Ali Sera)
➡️9 Tokoh capres/cawapres PKS jadi menteri-menteri (Aher Mendagri, Anis Matta Menlu, dll)

Tokoh-tokoh hebat bisa masuk Kabinet. Seperti Prof. Yusril bisa jadi Mensesneg, DR. Rizal Ramli Menko Ekonomi, Ustadz Abdul Somad bisa jadi Menteri Agama, Prabowo Habib Rizieq dll bisa jadi Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres).

Insya Alah NKRI "Maju Negaranya Bahagia Rakyatnya".

Wallahu a'lam.

Read more ...

Senin, 16 April 2018

Bagaimana Suriah Mengalahkan Rudal-rudal Amerika

Bagaimana Suriah Mengalahkan Rudal-rudal Amerika
Indonesian Free Press -- Pada Jumat tengah malam dan Sabtu dinihari (13 dan 14 April), Amerika, INggris dan Perancis melancarkan serangan udara terhadap sejumlah sasaran sipil dan militer Suriah.

Kapal-kapal perang Amerika di Laut Merah dan Laut Tengah dan pesawat-pesawat pembom B-1B Lancer, F-15 dan F-16 meluncurkan rudal-rudal jelajah ke ibukota Suriah, sebuah pangkalan udara di luar Damaskus, gudang bahan-bahan kimia di Homs, serta sebuah pusat komando di HOms. B1-B dilengkapi dengan rudal jelajah JASSM yang memiliki jarak jangkau 370 km dan hululedak 450 kg. Sedangkan kapal-kapal perang Amerika menembakkan rudal-rudal Tomahawks, yang berhulu-ledak 450 kg dengan jarak jangkau antara 1.300 dan 2.500 km.


Sementara itu Inggris mengerahkan empat pesawat Tornado GR4 yang masing-masing dilengkapi dengan rudal jelajah Storm Shadow yang berdaya jangkau 400 km. Dan terakhir Perancis, mengerahkan kapal perang frigat Aquitaine dan sejumlah pesawat pembom-tempur Dassault Rafale. Kedua jenis alutsista ini dilengkapi dengan rudal jelajah SCALP (sama dengan Storm Shadow-nya Inggris). sementara Rafale juga dilengkapi dengan rudal jelajah Apache.

Kementerian pertahanan Rusia menyebut, pesawat-pesawat pembom strategis B-1Bs juga menembakkan rudal GBU-38. 

Menghindari resiko ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Suriah, yang terbukti cukup ampuh menembak jatuh pesawat F-16 Israel, semua alutsista tersebut melakukan serangan di luar wilayah Suriah dan sebagian besar melalui wilayah udara Lebanon. Sementara seluruh sasaran hanya berjarak 70-90 km dari pantai Laut Tengah.

Namun meski telah melalui perencanaan matang, secara mengejutkan Suriah ternyata mampu meluluh-lantakkan serangan tersebut. Sistem pertahanan udara Suriah mampu menembak jatuh sekitar 70% dari 103 rudal yang ditembakkan koalisi Amerika. Dari seluruh rudal yang ditembak jatuh itu, 20 di antaranya adalah yang ditembakkan ke arah pangkalan udara Al-Dumyar di timur-laut Damaskus. Sistem pertahanan udara Suriah menembak jatuh seluruh rudal yang ditembakkan ke fasilitas militer tersebut.

Yang lebih mengetkan lagi, sebagian besar rudal yang jatuh itu ditembak oleh senjata-senjata yang relatif 'kuno', seperti Buk, S-125 dan S-200 yang telah digunakan oleh Uni Sovyet pada dekade 1960-an.

Rusia-lah yang telah berjasa besar meningkatkan kemampuan pertahanan udara Suriah. Sebagai sekutu strategis, pada tahun 2016, Rusia melakukan analisis terhadap kemampuan pertahanan udara Suriah. Hasilnya, sistem pertahanan udara Suriah masih cukup kuat. Pada saat itu pertahanan udara Suriah mencakup 36 Pantsir-S1 yang dikirim Rusia antara tahun 2008 dan 2013, 3-6 batalion Buk-M1 dan Buk-M2 Medium-range SAM Systems (Rusia mengirim delapan Buk-M2 antara 2010 dan 2013), 5 resimen (total 25 batere) Kvadrat Medium-range SAM Systems, dan 8 resimen S-200VE Long-range Missile System.

Selain itu sejumlah besar senjata 'kuno' juga masih memperkuat pertahanan udara Suriah: 53 resimen Dvina dan Volga (varian dari rudal S-75 yang digunakan Sovyet menembak jatuh pesawat mata-mata U-2 di tahun 1960-an). 4.000 meriam penangkis udara berbagai kaliber juga masih memperkuat pertahanan udara Suriah, meski sedikit demi sedikit dikurangi jumlahnya. Sebagai tambahan, Angkatan Darat Suriah memiliki rudal-rudal jarak rendah OSA, Strela-1, dan Strela-10 Mobile, masing-masing 61, 100 dan 60 unit.

Menyusul kekalahan Suriah dalam perang udara melawan Israel dalam perang udara Lembah Bekaa, Lebanon tahun 1982, Rusia mengirimkan rudal-rudal S-200, lebih dahulu dibandingkan sekutu-sekutu Rusia di Pakta Warsawa. Dan dipacu oleh ancaman Israel di perbatasan, Suriah pun terus mengembangkan sistem pertahanan udaranya. Makara, meski relatif ketinggalan dibandingkan negara-negara Barat dan Rusia sendiri, sistem pertahanan udara Suriah masih lebih kuat dibangkan Yugoslavia, Irak dan Libya, ketika negara-negara itu diserang Amerika dan NATO tahun 1999, 2003 dan 2011.

Kekuatan utama pertahanan udara Suriah adalah Pantsir dan BuK-M1-2 serta Buk M-2E, yang bisa menembak jatuh pesawat-pesawat F-15 dari jarak 45 km dan secara simultan bisa melacak dan menghancurkan 24 sasaran sekaligus. S-125 Pechora juga menjadi batu sandungan bagi musuh meski umurnya yang tidak muda lagi. Pada Maret 2015, Suriah menembak jatuh sebuah drone Predator Israel di Latakia. Dan terakhir tentu saja adalah S-

200 yang mampu menembak sasaran udara pada jarak 300 km. Rudal inilah yang telah menembak jatuh F-16 Israel pada Februari lalu.

Masih belum jelas apakah Amerika akan mengulangi kembali serangan udaranya ke Suriah, meski para pejabat Amerika mengancam akan melakukan hal itu. Amerika dan para sekutunya tentu akan berhitung ulang, mengingat besarnya biaya yang telah mereka keluarkan dalam operasi ini. Dalam serangan yang telah lalu Amerika Cs diperkirakan telah menghabiskan lebih dari Rp2 triliun untuk rudal-rudal yang ditembakkan saja dan belum termasuk biaya operasi. Sementara hasil yang didapatkan sangat tidak signifikan. 70 persen dari 103 rudal-rudal yang ditembakkan itu ditembak jatuh dan sasaran yang terkena tembakan relatif kurang penting nilainya bagi militer Suriah karena sudah ditinggalkan sebelumnya. Apalagi jika ancaman Rusia untuk mengirimkan S-300 ke Suriah, kerugian Amerika tentu akan jauh lebih besar mengingat senjata ini adalah yang terbaik di dunia setelah S-400.(ca)
Read more ...

Benarkah sistem pertahanan Rusia di Suriah “rontok”

Benarkah sistem pertahanan Rusia di Suriah “rontok”
Benarkah sistem pertahanan Rusia di Suriah “rontok” sebagaimana yang disebutkan Detik.com?

Kami pikir, ini interpretasi yang salah. Kalau judul semacam itu dibuat berdasarkan kesimpulan bahwa Rusia “TIDAK BERBUAT APA-APA” saat AS dan sekutunya meluncurkan serangan ke Suriah beberapa hari lalu, berarti ada yang perlu kita luruskan.


Mungkin Anda tahu bahwa di Suriah terdapat sistem pertahanan udara Rusia S-300 dan S-400. Lalu, banyak yang bertanya soal, di mana S-300 dan S-400 yang “katanya” ditempatkan di Suriah saat AS dan sekutunya mengebom Suriah? Kenapa tidak diaktifkan?

Ada banyak kesalahpahaman tentang penempatan sistem pertahanan Rusia di Suriah. Kebanyakan orang berpikir S-300 dan S-400 di Suriah untuk "melindungi" Suriah. Sebetulnya, tidak demikian.

Jika ditarik ke belakang, Rusia pertama kali mengirim S-400 ke Suriah sebagai respons atas ditembakjatuhnya Su-24 Rusia oleh AU Turki. Sejak itu, Rusia mengerahkan S-400 ke Suriah. Di mana? Di sekitar pangkalan udara Hmeimim yang memang menjadi markas pasukan Rusia di Suriah. Tujuannya? Untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali — melindungi fasilitas militer Rusia.

Setahun kemudian, Rusia mengirim S-300 ke Suriah setelah gagalnya kerja sama antara Rusia dan AS, serta munculnya desas-desus bahwa AS hendak mengebom pangkalan Suriah. S-300 pun dikirim. Ke mana? Ke pelabuhan Tartus. Ada apa di Tartus? Tartus merupakan fasilitas perbaikan dan dermaga untuk kapal-kapal Rusia.

Pada perkembangannya, Rusia dan Suriah bahkan telah menandatangani kesepakatan untuk mengubah fasilitas perbaikan dan dermaga di Tartus menjadi pangkalan militer. Artinya, S-300 pun ditempatkan untuk “menjaga” fasilitas Rusia.

Banyak yang bertanya, kalau Rusia merasa benar dan ingin melindungi Suriah, kenapa tidak langsung tembak saja pihak-pihak pengganggu? Percayalah bahwa masalah politik tidak semudah itu. Ada konsekuensi berat yang harus ditanggung, bukan hanya oleh pihak-pihak yang bertikai, tapi juga oleh dunia.

Jadi, selama AS “tidak mengancam” keberadaan Rusia di Suriah, tentu S-300 dan S-400 tidak akan digunakan untuk melawan AS karena artinya dalam hal ini memang tidak ada masalah antara kedua negara (terlepas dari segala perbedaan di antara keduanya). Bukan karena sistem pertahanan yang “rontok”.

Kenapa Rusia hanya “mengecam”? Semua juga bisa kalau hanya “mengecam”. Lantas, harus apa lagi? Inilah politik. Apakah Anda berharap untuk perang terbuka? Apakah Anda ingin terjadi Perang Dunia III (seperti yang sempat ramai diisukan) terjadi di tanah Suriah? Tidak semudah itu.

Namun, “kecaman” itu tentu saja bukan sekadar kata-kata, tapi ada tindak lanjut yang dilakukan melalui saluran komunikasi organisasi dunia. Apa kita ingin Rusia “menyerang” AS dan besok terjadi perang besar di dunia ini?

Semua harus dilakukan dengan penuh hati-hati. Situasi dunia cukup kacau, dan kita tidak butuh pihak yang justru membuat situasi makin kacau. Rusia cukup “waras” dalam hal ini.

Kehadiran Rusia di Suriah bukan untuk “melawan” koalisi lain yang (terlepas kehadirannya tidak legal secara hukum internasional) beroperasi di Suriah.

Pemerintah Suriah meminta bantuan Rusia pada 2015 lalu untuk menumpas ISIS dan kelompok teroris lainnya, sambil berupaya mendorong pembicaraan damai dengan phak-pihak yang bermusuhan. Jadi, BUKAN untuk melawan koalisi pimipinan AS.

Perang adalah hal yang buruk, apa pun itu bentuknya, dan karena itu, ini bukan soal peralatan militer mana yang lebih ampuh melawan satu sama lain. Apa yang dilakukan AS, tentu saja, seharusnya tidak bisa ditoleransi.

Jika dunia memang peduli pada Suriah, tentu dunia juga perlu bersikap keras pada AS. “Adu kekuatan” militer antara dua kekuatan besar tentu bukan hal yang bijaksana. Tidak ada yang mau perang besar terjadi esok hari di lingkungan kita.

Sekali lagi, kami mengimbau pada media-media di Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menulis berita atau mengutip berita yang tanpa dipikirikan secara cermat. Silakan bertanya pada kami untuk mengonfirmasi. 


Keterangan: postingan ini dicopas dari RBTH Indonesia.

Read more ...

Minggu, 15 April 2018



Read more ...

Kasihan Rakyat, Rizal Ramli Sarankan Jokowi Tak Maju Lagi

Kasihan Rakyat, Rizal Ramli Sarankan Jokowi Tak Maju Lagi
Indonesian Free Press -- Mantan Menko Maritim dan ekonom senior DR. Rizal Ramli menyarankan Presiden Jokowi untuk tidak maju lagi dalam Pilpres 2019 mendatang demi kesejahteraan rakyat.

"Kecuali mampu ada kejelasan programnya, strateginya apa yang mau dilakukan kedepan. Tapi kalau nggak saya kira cukup, kasihan rakyat," ujarnya dalam diskusi dan dialog kebangsaan yang diselenggarakan Pimpinan Besar Pemuda Muslim Indonesia di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (14/4), seperti dilansir JPPN.


Rizal mengatakan, di setiap kesempatan diskusi dan dialog dengan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, dirinya selalu menanyakan mengenai kehidupan mereka. Sebagian besar menjawab dengan yakin bahwa hidup mereka akan tetap sulit jika pemerintah tidak berubah. Rizal tidak heran mendengar pandangan masyarakat tersebut. Dia pun meyakini kondisi ekonomi tak akan berubah selama pemerintah tetap menjalankan kebijakan yang konservatif.

"Ekonomi kita dua tahun terakhir mandek di lima persen, dan akan berlanjut kemandekan ini sampai 2019 karena kebijakan makro ekonominya sangat konservatif," kata Ramli.

Rizal mengatakan, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa digenjot hingga dua digit jika yang diambil tetap kebijakan super konservatif dengan menggunakan pakem ekonomi neoliberal ala Bank Dunia. Rizal pun mengharapkan kebijakan ekonomi konservatif ini diubah.

Seperti biasa, Rizal pun menyoroti utang luar negeri yang sekarang sudah mencapai angka Rp 840 triliun. Menurut dia, kebijakan perekonomian sekarang sekadar mengamankan pembayaran pokok dan bunga utang.

"Dan itu sama dengan dua kali dari anggaran infrastruktur, sehingga tidak aneh ekonomi mandek di 5 persen," kata mantan Menko Ekuin era pemerintahan Gus Dur dan mantan Menko Maritim era Jokowi itu seperti dikutip daro RMOL Jabar.(dem/rmol)

Read more ...
Designed By